Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Jumat, 29 Maret 2019

Teori Berguru Bermakna Dari David P. Ausubel

0

Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausubel
Mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan  Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausubel 

I.    PENDAHULUAN
Mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (2005), salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru/pendidik sebagai biro pembelajaran yaitu “Kompetensi Pedagogis.”. artinya guru sebagai biro pembelajaran tidak hanya mempunyai kiprah dan tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada pelajar melainkan harus bisa mendidik untuk membuatkan keseluruhan potensi yang dimiliki pelajar serta memahami proses berguru yang terjadi pada diri pelajar, sehingga guru perlu menguasai hakikat dan konsep dasar belajar, dan bisa menerapkan dalam acara pembelajaran, lantaran fungsi pembelajaran yaitu memfasilitasi tumbuh berkembangnya berguru dalam diri peserta didik. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 ihwal Sistem Pendidik nasional, secara legal formal menawarkan pengertian ihwal pembelajaran. Dalam pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan sebagai”...proses interaksi peserta didik dengan  pendidik dan sumber berguru pada lingkungan belajar”.
Proses pembelajaran berdasarkan Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan  bagaimana seseorang memperoleh pemahaman, bagaimana  pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berafiliasi dengan lingkungan secara sadar.  David Paul Ausubel, seorang tokoh andal psikologi kognitif yang dilahirkan di New York pada tahun 1918. Sebagai salah satu tokoh andal psikologi kognitif, David Ausubel membuatkan teori psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum. Ia meninggal pada pada tanggal 9 Juli 2008. (www.davidausubel.org)
Ausubel sebagaimana pernyataannya yang dikutip Bell (1978:132) berikut: “…, if the learner’s intention is to memorise it verbatim, i,e., as a series ofarbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must necessarily berote and meaningless.” Artinya, kalau seseorang contohnya , mempuyai impian untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya sanggup dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya. Menurut teori berguru kognitif intinya setiap orang dalam bertingkah laris dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa di pengaruhi oleh tingkat –tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. dan lingkungannya dan bagaimana ia berafiliasi dengan lingkungan secara sadar. 
David Ausubel (1963) spesialis psikologi pendidikan menyatakan bahwa materi pelajaran yang dipelajari harus “bermakna’ (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi gres pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan dingat pelajar. Belajar bermakna berdasarkan Ausubel (1963) merupakan proses mengaitkan informasi atau materi gres dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kebermaknaan dalam suatu pembelajaran, yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sehubungan dengan hal ini, Dahar (2011) mengemukakan dua prasyarat terjadinya berguru bermakna, yaitu: (1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, dan (2) anak yang akan berguru harus bertujuan berguru bermakna. Di samping itu, kebermaknaan potensial materi pelajaran bergantung kepada dua faktor, yaitu (1) materi itu harus mempunyai kebermaknaan logis, dan (2) gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif peserta didik.
 Dengan latar belakang diatas maka akan dibahas bagaimana teori pembelajaran matematika berdasarkan aliran psikologi kognitif yaitu:Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausubel



I.                   PEMBAHASAN

A.      Belajar Menurut Ausubel
1.      Dimensi Belajar
Menurut Ausubel dalam Andriyani (2008, 3.20) menyatakan bahwa intinya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep – konsep, prinsip dan ide-ide yang disajikan pada pelajar akan diterima oleh pelajar. Dapat juga konsep ini ditemukan sendiri oleh pelajar (Gagne dalam Andriyani, 2008, 3.20).
Menurut Ausubel dalam Dahar (2011, 94), berguru sanggup diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu :
1.      Dimensi Pertama
Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada pelajar melalui penerimaan atau penemuan. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi sanggup dikomunikasikan dalam bentuk berguru penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final ataupun dalam bentuk berguru inovasi yang mengharuskan pelajar untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
            Ausubel dalam Bell (1978, 131) menggambarkan berguru penerimaan dan berguru inovasi sebagai berikut :
Belajar penerimaan mempelajari isi pokok apa yang akan dipelajari dan disajikan kepada peserta didik dalam bentuk catatan, pembelajaran ini tidak melibatkan penemuan. Ia hanya diperlukan untuk menginternalisasi materi atau memasukkan ke dalam struktur kognitif nya sehingga tersedia untuk penggunaan lain dimasa mendatang. Faktor  penting dari belajar penemuan adalah bahwa kandungan utama dari apa yang dipelajari tidak diberikan tetapi harus ditemukan oleh peserta didik sebelum ia bisa menyimpannya. Setelah tahap ini selesai, isi ditemukan terinternalisasi seperti dalam pembelajaran reseptif (ekspositori).

            Ausubel dalam Thompson (2004, 2) menyatakan bahwa pentingnya perbedaan antara pembelajaran hapalan dan pembelajaran bermakna. Sebagai perbandingan antara pembelajaran penerimaan dan pembelajaran inovasi itu penting untuk diketahui meskipun pendekatan yang berlawanan pada pembelajaran sangat berbeda, itu tidak berada pada tingkat yang sama pentingnya dengan berguru bermakna.
            Pendukung pembelajaran inovasi menyatakan bahwa jenis pembelajaran ini dimana pengetahuan kasatmata diperoleh, penyimpanan memori terjamin, dan kesadaran subverbal pertama kali bertemu Langford dalam Thompson (2004, 2). Good dan Brophy dalam Thompson(2004, 2) menyatakan bahwa Bruner yaitu pendukung terkemuka pembelajaran inovasi dan menyampaikan bahwa pembelajaran yang paling bermakna terjadi ketika dimotivasi oleh rasa ingin tahu pelajar sendiri dan ditemukan oleh eksplorasi individu atau kelompok.
Sedangkan Ausubel dalam (Thompson, 2004, 2) menyatakan bahwa mereka yang bangkit di belakang pembelajaran inovasi dan mengkritik pengajaran ekspositori yaitu mereka yang paling banyak kehilangan poin penting. Ini artinya, apakah metode dari pembelajaran yaitu inovasi atau penerimaan tidaklah memilih kebermaknaan materi.

2.        Dimensi Kedua
Menyangkut cara bagaimana pelajar sanggup mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada. Dalam tingkat kedua, pelajar menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep) yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi berguru bermakna.
            Menurut Budiningsih (2012, 43) teori-teori berguru yang selama ini masih banyak menekankan pada berguru asosiatif atau berguru menghapal, berguru demikian tidak banyak bermakna bagi pelajar. Budiningsih melanjutkan bahwa berguru seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi pelajar. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki pelajar dalam bentuk struktur kognitif.
Inti dari teori berguru Ausubel yaitu berguru bermakna. Bagi Ausubel, berguru bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi gres pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang (Dahar, 2011, 95). Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang gres diterima pelajar mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada / diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitifnya (Andriyani, 2008, 3.20-3.21). Lebih lanjut Andriyani menyatakan bahwa informasi gres ini juga sanggup diterima atau dipelajari pelajar tanpa menghubungkannya dengan konsep atau pengetahuan yang sudah ada. Cara berguru ini disebut berguru menghapal.

Kedua dimensi di atas sanggup dilihat pada skema di bawah ini:

Bentuk-Bentuk Belajar
(Dahar, 2011,  94)

BELAJAR BERMAKNA
Menjelaskan kekerabatan antara konsep-konsep
Pengajaran audiotutorial yang baik
Penelitian ilmiah
Penyajian melalui ceramah atau buku pelajaran
Kegiatan laboratorium sekolah
Sebagian besar penelitian rutin atau produksi intelektual
BELAJAR HAFALAN
Daftar perkalian
Menerapkan rumus-rumus untuk memecahkan masalah
Pemecahan dengan coba-coba

BELAJAR PENERIMAAN
BELAJAR PENEMUAN TERPIMPIN
BELAJAR PENEMUAN MANDIRI

Dua Kontinum Belajar
(Dahar, 2011: 95)


Menurut Dahar (2011, 95), Ausubel menyatakan bahwa banyak andal pendidikan menyamakan berguru peneriman dengan berguru hafalan lantaran mereka beropini bahwa berguru bermakna hanya terjadi bila pelajar menemukan sendiri pengetahuan. Namun, bila memperhatikan gambar di atas, sanggup dilihat bahwa berguru penerimaan pun sanggup dibentuk bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan kekerabatan antara konsep-konsep. Sementara itu, berguru inovasi rendah kebermaknaanya dan merupakan berguru hafalan bila memecahkan suatu problem dilakukan hanya dengan coba-coba, ibarat menebak teka-teki
Biser (1984) menyatakan bahwa David P.Ausubel adalah seorang psikolog pendidikan yang percaya bahwa proses intelektual yang kompleks (berpikir, bahasa, pemecahan masalah, pembentukan konsep) adalah aspek utama pembelajaran. Ausubel menempatkan penekanan utama pada bagaimana seseorang mengatur pengalaman struktur kognitif yang hirarki terorganisir ke dalam kelompok konseptual yang sangat inklusif. Ausubel telah mengembangkan Teori Belajar Bermakna  dan turunannya yaitu Model Pengaturanan Awal dari Mengajar, sebagai sarana untuk memperkuat struktur kognitif pelajar.





1.           Tipe Belajar
Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada empat macam tipe berguru :
a.      Belajar mendapatkan bermakna (Meaningful Reception Learning)
Belajar mendapatkan bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar hingga bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang gres itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.

b.      Belajar mendapatkan yang tidak bermakna (Reception learning)
Belajar mendapatkan yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar hingga bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang gres itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.

c.       Belajar inovasi bermakna (Meaningful discovery learning)
Belajar dengan inovasi bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan gres itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.

d.      Belajar inovasi yang tidak bermakna (Discovery learning)
Belajar dengan inovasi tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian beliau hafalkan.

A.      Prasyarat Belajar Bermakna
Dahar (2011, 99) menyebutkan  prasyarat berguru bermakna yaitu sebagai berikut:
a. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
b. Anak yang akan melakukan berguru bermakna sebaiknya mempunyai kesiapan dan niat untuk berguru belajar.
          Dahar melanjutkan kebermaknaan materi pelajaran secara potensial bergantung pada dua faktor yaitu sebagai berikut:
a.       Materi itu harus mempunyai kebermaknaan logis
b.      Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif pelajar.

         Oleh lantaran itu, semoga terjadi berguru bermakna materi pelajaran harus bermakna secara logis. Pelajar harus memasukkan materi itu ke dalam struktur kognitifnya dan dalam struktur kognitif pelajar harus terdapat unsur-unsur yang cocok untuk mengaitkan materi gres secara non arbitrer dan substantif (Dahar, 2011, 100). Selanjutnya Rosser dalam Dahar (2011, 100) menyatakan bahwa kalau salah satu komponen itu tidak ada, maka materi tersebut dipelajari secara hapalan.

B.     Faktor-Faktor Penghambat Belajar Bermakna
Menurut Bell (1978:133) ada beberapa faktor yang menghalangi pembelajaran bermakna :
1.      Pelajar mungkin tidak memproses tingkat perkembangan mental yang diperlukan untuk terjadinya pembelajaran bermakna dari beberapa konsep matematika.
2.      Pelajar mungkin tidak cukup termotivasi untuk mencoba belajar matematika dengan cara yang bermakna.
3.      Para guru diperdayakan sehingga mereka percaya bahwa definisi-definisi, hukum pemecahan masalah, dan langkah-langkah pembuktian teorema merupakan hal yang bermakna bagi pelajar

C.    Penerapan Teori Ausubel dalam Mengajar
            Dahar (2011, 100) menyampaikan bahwa untuk sanggup menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, sebaiknya kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Ausubel dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology: A Cognitive View, pernyataan itu berbunyi :The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly." Ausubel menyampaikan faktor terpenting yang mempengaruhi berguru ialah apa yang telah diketahui pelajar. Yakinilah hal ini dan ajarlah ia demikian."
Untuk menerapkan konsep berguru Ausubel dalam mengajar, selain konsep-konsep yang telah dibahas terdahulu ada beberapa konsep lain yang perlu diperhatikan yaitu konsep pengaturan awal, diferensiasi progresif, adaptasi integratif, dan berguru superordinat (Dahar, 2011, 100).
Menurut Dahar (2011, 100-104) Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori Ausubel :
1) Pengaturan awal
Ausubel (2000, 11) menyampaikan bahwa Pengaturan Awal adalah perangkat pedagogik yang membantu menerapkan prinsip-prinsip  dengan  menghubungkan kesenjangan antara apa yang pelajar sudah ketahui dan apa yang  perlu ia  ketahui. Pengaturan awal mengarahkan para pelajar ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berafiliasi dengan materi itu, sehingga sanggup dipakai dalam menanamkan pengetahuan baru. Pengaturanan awal ini berisi konsep-konsep atau ide-ide yang diberikan kepada pelajar jauh sebelum materi pelajaran yang bekerjsama diberikan (Andriyani, 2008, 3.23).

Ada tiga hal yang sanggup dicapai dengan memakai pengaturanan awal :
·         Pengaturanan awal menawarkan kerangka konseptual untuk berguru yang bakal terjadi berikutnya
·         Dapat menjadi penghubung antara informasi yang sudah dimiliki  pelajar ketika ini dengan informasi gres yang akan diterima/ dipelajari
·         Berfungsi sebagai jembatan penghubung sehingga memperlancar proses pengkodean pada pelajar
(Andriyani, 2008, 3.23)



2) Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif artinya proses penyusunan konsep yang akan diajarkan. Menurut Ausubel dalam Dahar (2011, 101), pengembangan konsep berlangsung paling baik kalau unsur-unsur yang paling umum atau paling inklusif diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian gres diberikan hal-hal yang lebih mendetail dan lebih khusus dari konsep itu.  Dengan perkataan lain, model berguru berdasarkan Ausubel pada umumnya berlangsung dari umum  ke khusus.

3). Belajar Superordinat
Dahar (2011, 103) menyebutkan belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif. Sedangkan berdasarkan Andriyani (2008, 3.23) untuk menerapkan taktik mengajar ibarat ini perlu dilakukan analisis konsep. Lanjutnya Andriyani menyampaikan analisis konsep dilakukan untuk menemukan kemudian menghubungkan konsep-konsep utama dari suatu mata pelajaran sehingga sanggup diketahui mana konsep yang paling utama dan superordinat dan mana konsep yang lebih khusus dan subordinat.

4). Penyesuaian Integratif
Untuk mencapai adaptasi integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa hingga kita menggerakkan hierarki konseptual dari atas hingga ke bawah selama informasi disajikan. Menurut Ausubel dalam Dahar (2011, 103), dalam mengajar bukan hanya urutan berdasarkan diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep gres dihubungkan pada konsep-konsep superordinat. Andriyani (2008, 3.24) tahap ini guru menjelaskan dan memperlihatkan secara terang perbedaan dan persamaan materi yang gres dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai pelajar. Dengan demikian pelajar akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.
            Dalam perkembangannya, berguru bermakna sanggup diterapkan melalui banyak sekali cara pengajaran, contohnya pengajaran dengan memakai peta konsep (Andriyani, 2008, 3.24).

Adapun cara pembelajarannya berdasarkan Andriyani (2008, 3.24) yaitu sebagai berikut:
1.      Pilih suatu bacaan atau salah satu cuilan dari sebuah buku pelajaran.
2.      Tentukan konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau sudah  diajarkan.
3.      Urutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling inklusif ke yang paling  tidak inklusif berikut contoh-contohnya.
4.      Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas dari konsep yang paling inklusif ke konsep yang tidak inklusif secara berurutan dari atas ke bawah.
5.      Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata sehingga menjadi sebuah peta konsep.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran di atas, maka salah satu pola peta konsep nya yaitu sebagai berikut :

Menurut Ausubel dan Novak (Dahar, 2011,  98) ada tiga kebaikan berguru bermakna, yaitu :
1.      Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih usang diingat
2.      Informasi gres tyang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya sanggup meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses berguru mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
3.      Informasi yang pernah dilupakan sesudah pernah dikuasai sebelumnya, meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses berguru mengajar untuk materi pelajaran yang ibarat walaupun telah lupa.


III.       PENUTUP

Menurut Ausubel, berguru sanggup diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu berafiliasi dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada pelajar melalui penerimaan (reception learning) atau inovasi (discovery learning) dan menyangkut cara bagaimana pelajar sanggup mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada, yaitu berguru bermakna (meaningful learning) atau hafalan (rote meaningful). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang mengaitkan informasi gres pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
            Ausubel mengemukakan bahwa berguru mendapatkan dan berguru menemukan yaitu dua hal yang berbeda. Pada berguru menerima, isi pokok yang akan dipelajari diberikan kepada pelajar dalam bentuk catatan. Sedangkan dalam berguru penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring.  Ausubel juga menjelaskan bahwa perbedaan antara berguru hafalan dan berguru bermakna sering dicampuradukkan dengan perbedaan antara berguru mendapatkan dan berguru menemukan.


DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Dewi. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka

Ausubel. 2000. The Acquisition and Retention of Knowledge: A Cognitive View. New York : SPRINGER-SCIENCE+BUSINESS MEDIA, B.V

Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Mathematics. Lowa:WBC

Biser, Eileen. 1984. Application of Ausubel's Theory of Meaningful Verbal
Learning to Curriculum, Teaching and Learning of Deaf Students. Tersedia pada : http://files.eric.ed.govfulltextED247712.pdf diakses pada tanggal 15 Februari 2014

Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta

Thompson, Thomas. 2004.The Learning Theories of David P. Ausubel : The Importance of Meaningful and Reception Learning. Tersedia pada : http://ww2.coastal.edu/dsmith/edet720/ausubelref.htm diakses pada tanggal 14 Februari 2014

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com