Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Kamis, 28 Maret 2019

Kisah Hari Pernikahanku

0

Cerita Hari Pernikahanku -- Cerpen Bahagia Hari Pernikahanku, Cerita Bahagia Hari Pernikahanku. Our Wedding Story, Cerita Pernikahan Aku dan Dia, Cerita Pendek Hari Pernikahan.

Halo pembaca setia "karyaku", apa kabar? Semoga selalu berbahagia ya. Terima kasih selalu setia membaca artikel-artikel kami. Kali ini admin akan menceritakan sebuah kisah hari pernikahan. Selamat membaca.


Lima bulan yang kemudian ialah kali pertama kau menyapaku. Waktu terus berlalu, ternyata kita tak sekedar hanya bertemu. Kau hadir menyapaku, untuk bertamu. 

Kemudian, kau beranikan diri untuk  menemui Ayahku. Menyampaikan niat untuk mempersuntingku. Kau ingin saya menjadi istrimu, menemani sisa hidupmu, bersamamu, di samping mu, selamanya.

Pertemuan terus berlanjut. Akhirnya kedua keluarga bertemu. Saatnya, prosesi lamaran yang mendebarkan.

Setelah lamaran itu, kau dan saya pun mulai mempersiapkan program pernikahan

Sejak kau ucapkan niat untuk menikah denganku, semenjak hari itu juga kusebut namamu dalam doaku, dalam sholat istikhorohku, untuk meyakini hatiku memilihmu. Semakin mendekati hari bahagia, doaku semakin khusyuk, sujudku semakin panjang. 

Kamis, ialah hari yang kita pilih untuk mengucap janji setia. Hingga Rabu malam pun saya tetap mendirikan sholat sunnah istikhorohku. 

Malam itu, saya tidur pukul 12. Meski keluarga maupun kerabat sudah memintaku untuk tidur lebih awal biar esok harinya saya tampil fit dan segar. Namun, mataku belum mau terpejam.

Hampir pukul 12 malam, saya mulai berbaring di kamar yang sudah dihias, ya kamar pengantin. Malam itu, saya tidur ditemani Ibu dan Adik bungsuku. Perlahan ku pejamkan mata sambil terus melafazkan doa dan zikir hingga saya benar-benar tertidur.

Tak usang terlelap, pukul satu dini hari, saya terbangun kembali. Rasanya saya sudah tidur cukup lama, padahal hanya satu jam. Bergegas ke kamar mandi, saya mengambil air wudhu, menenangkan diri lewat tahajud dan istikhorohku yang panjang. Benarkah ia jodohku?

Bukan saya tak yakin, bukan pula saya ragu, saya terus berdoa biar ijab kabul ini  menjadi yang pertama dan terakhir serta diberkahi dan diridhoi Allah bersama pasangan yang dipilih Allah serta memohon kelancaran untuk program esok.

Lalu saya kembali melanjutkan tidurku hingga menjelang subuh tiba. Usai sholat subuh, saya pun mandi kemudian bersiap untuk dirias menjadi pengantin.

Aku gugup. Huft.

***

Hari senang tiba. Hari ini kau akan mengucap akad, disaksikan banyak mata insan bahkan malaikat, betapa bahagianya.

Kau tiba beriringan bersama rombongan keluarga besarmu. Dua kendaraan beroda empat dan beberapa iringan motor. Lalu berjalan berbaris menuju ke rumahku dengan membawa seperangkat mahar dan hantaran yang sudah dihias bagus bersama kotaknya. 

Dengan pakaian pengantin laki-laki berwarna putih kombinasi silver, abang terlihat gagah. Sedang saya menanti dalam doa di balik gaun kebaya dengan warna senada dengan mu dari dalam kamarku, ditemani dua sahabatku serta mbak perias. Juga seorang keponakanku yang merengek tak sabar untuk dihias sebagai pengantin kecil.

Pembawa program mulai memandu program untuk menyambut kedatangan calon besan, calon mertuaku, calon suamiku. Selamat tiba di rumahku. Ibuku mengalungi mu dengan kalung rangkaian bunga melati dan memperlihatkan segelas air putih. Lalu mempersilahkan masuk dan menempati posisi yang telah disiapkan.

Rangkaian program dimulai dari pembukaan, pembacaan ayat suci Qur'an, kemudian sambutan-sambutan. Kemudian memasuki program inti. Tidak ada program adat. Semuanya dikonsep sesederhana mungkin.

Kau duduk berhadapan dengan Ayahku. Berjabatan tangan untuk mengucap ijab qobul. Bapak penghulu memimpin sesi ini. Satu kali latihan, dan kalimat yang diubah sedikit oleh Ayah.

Sewaktu kami mengikuti pembinaan di KUA, seminggu sebelum program janji ini, abang dilatih mengucap akad. Dan pada hari ini, Ayah meminta untuk tidak memakai kata "kawinnya". Ayah menentukan hanya mengucapkan "Saya nikahkan (tanpa kawinkan) ......"

Bapak penghulu setuju, kedua pihak sepakat. Hadirin ajakan mengiyakan. Akhirnya ijab qobul dimulai.

Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Diawali dengan beristighfar dan mengucap kalimat syahadat.
Lalu Ayahku dan kau memulai ijab dan qobul.
Satu kali kau ucapkan,
Lancar.
Bagaimana saksi?

SAH !!   (^_^)   SAH !!  (^_^)

Alhamdulillaah...
Barokallaahulakuma wa barokah 'alaykuma wa jama'ah baynakuma fii khoiir. Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rohmah penuh berkah. Aamiiin. 

Malaikat turun mendoakan, hadirin juga meng-amin-kan. Dari dalam kamar, saya haru bahagia. Lega.

Sejak Bapak penghulu menuntun sesi ijab qobul, doaku tak putus-putus, kuulang dan kuulang hingga janji usai terucap.
"...Robbanaa hablanaa min azwaa jinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a'yun waaj'alnaa lil muttaqiiynaa imaamaa."

"... Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."

Aamiiin. Aamiiiin. Aamiiiin.


Lalu saya dipanggil untuk keluar kamar dan menemuimu di depan khalayak tetamu undangan. Aku keluar kamar dengan senyuman sekaligus deg-degan. Ini kali pertama saya melihat wajah-wajah baru, yaitu keluarga besarmu selain keluarga yang kau ajak tiba sewaktu melamarku.

Lalu, jantungku semakin berdebar ketika diarahkan oleh Bapak MC untuk duduk di sebelahmu.

"Sambut istrinya, gakpapa, kan sudah sah." Kata MC mengarahkan kamu.

Saat itu kau jadi salah tingkah, muka mu masih tampak pucat, mungkin imbas gugup meski janji telah terucap. Hari itu abang terlihat ganteng. Hahaha.

Aku pun duduk berdampingan denganmu. Memasuki prosesi derma mahar pernikahan. Tanganku gemetar ketika harus sujud bersalaman denganmu. Aku tersipu malu. Kau pun kebingungan memegang tanganku. Ini momen pertama bagi kami.

Suasana semakin cair, para tetamu terus menggoda.

"Ayo peganglah, sudah boleh, sudah suami istri, halal, halal."  Ucap para tamu.

Usai derma mahar, Bapak penghulu kembali menuntun serangkaian program manajemen KUA, tandatangan beberapa surat serta pembacaan sighot taqlid oleh suami.

Mulai detik itu, kami sudah sah menjadi pasangan suami istri baik secara agama maupun negara. Kemudian program dilanjutkan dengan hikmah ijab kabul dan sekaligus ditutup dengan pembacaan doa.

Rangkaian program pagi itu diakhiri dengan program sungkeman, diiringi dengan bacaan sholawat yang mewarnai perasaan haru senang penuh doa. Alhamdulillaah.

Acara janji telah usai, para tetamu dipersilahkan menyantap hidangan yang telah dipersiapkan. Sebagian yang lain menentukan untuk mengucapkan selamat dan berfoto bersama pengantin. Turut mendoakan dan berbahagia bersama kami yang sedang berbunga-bunga.

Kakak-kakak fotografer bersiap mengabadikan momen senang kami bersama para tamu. Sedang mbak perias sibuk mengingatkan bahwa pukul setengah 10 nanti kami harus bersiap untuk berganti kostum program resepsi.

Baiklah, selanjutnya kami berdua menuju kamar pengantin. Berfoto berdua saja, deg-degan. Disana kami masih sangat gugup, meski berfoto dipandu fotografer dan kameramen, tetap saja saya gemeteran. Untuk pertama kali, sedekat ini.

Usai sudah prosesi janji dan dokumentasinya, kemudian kami bersiap berganti pakaian program resepsi.  Kami menentukan pakaian budpekerti Provinsi Sumatera Selatan yang anggun dengan warna merahnya.

"Mbak, nanti ketika ganti baju, kakaknya tunggu di luar aja ya, aib saya mbak." Pesanku kepada mbak perias sewaktu dihias sebelum janji selepas subuh tadi.

"Ah, kau ini gimana, nanti kan kalo sudah janji kalian sudah sah, masak aib sama suami sendiri." Jawab mbak perias.

"Hahaha. Ya aib la mbak, gres pertama kalinya, belum siap, wkwk." Jawabku malu-malu.

Alhasil, ketika saya berganti kostum dan menambah polesan make up yang senada dengan pakaian resepsi, suamiku menunggu di luar kamar sembari sedikit mengisi perut menyantap hidangan yang ada. Tak lama, abang pun masuk kamar kemudian berganti kostum. Terlihat kau pun malu-malu.

Setelah kami berdua siap dengan kostum resepsi, saya sempatkan membuka handphone yang sedari subuh tadi ku simpan saja di lemari. Sambil sedikit mengunyah gorengan-gorengan, ku lihat banyak juga notifikasi yang masuk. Ucapan selamat, doa, dan beberapa panggilan tak terjawab. Maafkanlah belum sempat dibalas.

Perasaanku masih agak gugup, tapi saya orangnya iseng, ku ajak suamiku untuk ber-selfie. Satu kali klik, simpan. Ini foto selfie pertama kami, berdua. Lucu, senyum malu-malu.

Lalu, ku simpan lagi handphone ke dalam lemari, Kakak Iparku sudah memanggil kami untuk bergegas ke gedung program resepsi. Mobil sudah disiapkan, rombongan sudah menunggu untuk berangkat bersama beriringan menuju ke gedung serbaguna salah satu kampus islam di kotaku.

Naik dan turun kendaraan beroda empat pun posisi kepalaku diatur, menjaga mahkota indah di kepalaku biar tidak tersangkut. Huhu. Gakpapalah, yang penting cantik! Haha.

Sesampainya di gedung, kami memasuki ruang tunggu. Mbak perias kembali melihat-lihat penampilan kami. Merapikan dan menata sebaik mungkin.

Panitia mengarahkan kami dan rombongan untuk berbaris menuju panggung. Keponakanku yang berperan sebagai pengantin kecil, memimpin barisan ini,  ia gadis kecil yang cantik, dan makin bagus dengan pakaian pengantik ciliknya. Dia berjalan di depan saya dan suamiku.

"Hadirin yang kami hormati, marilah kita sambut rombongan pengantin yang berbahagia memasuki singgasananya. Hadiri dimohon berdiri." Ucap MC mengawali acara.

Kami pun berjalan perlahan sepanjang karpet merah menuju panggung dengan terus mengembangkan senyum bahagia. Diiringi dengan musik khas daerah, dan jepretan kamera dari sahabat tamu undangan.

Tak disangka, pada kesudahannya saya mencicipi duduk di atas panggung ibarat ini, menjadi raja dan ratu sehari.

Setelah menduduki singgasana, hehehe, program diawali dengan sesi foto keluarga. Dua keluarga dipersatukan dalam bingkai pernikahan. Barokallaah.

Kemudian MC membacakan susunan program dengan dilanjutkan membuka program gotong royong melafazkan basmalah.

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Selanjutnya ialah pembacaan ayat suci Quran, kemudian kata sambutan oleh tuan rumah, pada program resepsi ini tidak lagi kami pisahkan antara pihak pengantin laki-laki dengan wanita, lantaran kami sudah satu. Lalu berfoto bersama.

Kemudian, sambutan lagi dari perwakilan tamu, dan juga berfoto bersama. Selanjutnya diselingi hiburan nyanyian lagu perihal cinta oleh bunyi penyanyi yang merdu.

Sebelum memasuki penghujung acara, kami meminta MC untuk mengundang beberapa rombongan tamu untuk menaiki panggung dan mengabadikan momen senang ini.

Selanjutnya, program ditutup dengan doa dan santap siang bersama. Penyanyi terus mengiringi simpulan program dengan alunan musik dan bunyi yang harmonis. Sebagian keluarga dan tamu juga turut menyumbangkan suaranya untuk menghibur semua.

Berbaris panjang para tetamu menuju panggung, satu per satu bersalaman, berpelukan, mengucapkan selamat, mendoakan, ada juga yang menangis haru, ada yang tidak menyangka kenapa dapat secepat ini, hehehe.  Mengingat perkenalan kami begitu singkat.

Teman-teman, sahabat karib, adik tingkat, mitra alias geng main, turut meramaikan panggung dengan agresi foto bersama. Heboh. Seru. Bahagia.

Setelah itu, tim fotografer meminta waktu untuk santap siang, mempersilahkan para tamu untuk melanjutkan barisan ucapan selamat dan untaian doa. Ramai.

Para tetamu sudah pulang, tim fotografer meminta kami untuk kembali bepose. Kali ini benar-benar terasa ibarat model. Berapa kali kami berganti gaya, dari berjauhan hingga berdekatan. Canggung.

Ditambah lagi kakiku yang sudah mulai pegal dengan berlama-lama bersepatu agak tinggi ini. Juga leher yang terasa berat. Belum lagi perutku yang mulai lapar alasannya sedari pagi saya belum ketemu nasi kecuali sesendok dua sendok yang disuapin Ayukku (kakak perempuan) sebelum ke gedung tadi. Namun harus tetap tersenyum manis biar hasil fotonya bagus.

Saat dirasa cukup, foto dan video yang diambil, kami pun bersiap pulang. Tak terasa ternyata waktu hampir memperlihatkan pukul 2 siang.

Usai sudah rangkaian janji dan resepsi hari pernikahanku. Semua berbahagia.

Sepulang di rumah, kami berganti kostum dengan pakaian rumah. Lalu bersih-bersih dan bersiap untuk segera sholat zuhur. Ini kali pertama kau menjadi imam sholatku.

Lalu, saya yang sudah kelaparan, segera mengambil piring dan mengajakmu makan siang bersama sementara Ibu bersama keluarga dan para tetangga sedang sibuk merapikan makanan yang berlebih. Alhamdulillaah masih dapat mengembangkan ke pesantren tahfidz dan panti asuhan. Semoga hal ini menjadi keberkahan bagi ijab kabul kami, bagi kita semua. Aamiiiin.

Sedang keluargamu beserta rombongan, berpamitan pulang sekaligus izin untuk berangkat kembali ke desa malam nanti. Semoga selamat hingga tujuan dan hingga jumpa bulan depan di program Ngunduh Mantu. Hehehe.

Alhamdulillaah, selesai juga rangkaian program pernikahanku.

***

Itulah kisah hari pernikahanku. Senang dapat mengembangkan kebahagiaan kepada sobat karyaku.

Bagi teman-teman yang mau ikutan mengembangkan kisah / pengalaman / hikmah dan lain-lain, kami memperlihatkan kesempatan bagi kalian semua. Untuk informasi lebih lengkapnya, silahkan buka artikel ini : Ayo Menulis dan Publikasikan di Blog Karyaku

Terima Kasih (^_^) . Baca kisah berikutnya ya : Perjalanan Honeymoon ke Bandung

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com