Cerpen Cinta "Keseruan di Gunung Tangkuban Perahu" -- Cerpen Cinta Honeymoon ke Bandung, Pengalaman Liburan ke Gunung Tangkuban Perahu, Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu, Serunya Hooneymoon di Gunung Tangkuban Perahu, Review Liburan ke Gunung Tangkuban Perahu", Harga Tiket Masuk - Dinginnya Suhu Udara - Makan-makan - Foto-foto, Liburan Asyik.
Cerpen Cinta "Keseruan di Gunung Tangkuban Perahu"
Setelah seru-seruan di
The Lodge Maribaya, kami menempuh perjalanan kurang lebih satu jam untuk menuju ke Gunung Tangkuban Perahu.
Di tengah-tengah perjalanan, saya melihat ke arah handphone Kang sopir, yang terlihat memperlihatkan Google Map. Sepertinya kami hampir tiba.
Lagi-lagi saya merasa ingin ke kamar kecil. Beginilah jikalau di cuaca dingin. Hihihi.
Ah tapi ku pikir nanti saja, tahan sebentar, tampaknya perjalanan yang ditempuh tidak terlalu jauh. Ku lirik lagi layar handphone Kang sopir, 400 meter, belok kanan 200 meter. Lalu angkanya meningkat lagi menjadi 500 meter. Dan seterusnya.
Eh, kok gak nyampe-nyampe ya? Pikirku dalam hati. Waduh...
"Kang, masih jauh gak ya?" Tanyaku malu-malu.
"Lumayan Mbak.." Jawabnya.
"Duh, Kang, sanggup berhenti di tempat yang ada toilet gak ya? Kebeleeettt." Pintaku.
"Oke Mbak, kita nanti berhenti di masjid Lembang aja ya, di depan sana." Kata Kang sopir sambil memutar kemudi.
Saat tiba di masjid, saya segera membuka pintu kendaraan beroda empat dan berlari mencari toilet. Padahal Kang sopir belum memarkirkan kendaraan beroda empat dengan sempurna. Aku sudah gak tahan. Hahaha. Dan suami ku pun menyusul ke toilet.
Seperti biasa, seringkali ku dapati suamiku ketika menjumpai masjid, ia menyisihkan sebagian uangnya dan dimasukkan ke kotak amal. Baiknya kamu, sayang. Semoga disayang Allah aamiiiin.
Setelah selesai dengan urusan kamar kecil, "Ah leganyaaa hahaha" ---
kemudian kami berjalan menuju kendaraan beroda empat yang berhenti di tepi jalan. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan tenang.
Kami tiba di daerah Tangkuban Perahu sekitar pukul tiga lewat sedikit. Dari tempat pembelian tiket masuk hingga ke tempat parkiran kendaraan beroda empat atau dari gerbang masuk menuju ke kawah, kita masih harus menempuh jarak sekitar 3 KM.
Setibanya di area parkir, nampak daerah Tangkuban Perahu yang indah namun berkabut. Sore itu masih turun hujan gerimis.
"Ini tempat terakhir untuk perjalanan kita hari ini ya Mas, Mbak." Ujar Kang sopir.
"Ya Mas gakpapa." Jawab suami.
Sekalian kami pamit turun mobil. Kang sopir menentukan tetap di dalam kendaraan beroda empat saja alasannya yaitu tidak menggunakan baju kaos yang tebal, pun membawa jaket. Yuhuu, suhu udara disini teramat sangat dingin.
Saat keluar dari mobil, hmm, aroma busuk menyengat berasal dari gas sulfur sangat menusuk hidung. Pas di depan kami, seorang bapak memperlihatkan dagangannya. Jadilah kami membeli dua buah masker epilog lisan dan hidung.
Ya jadi gitu ya, kalo mau kesini, mesti siapin baju yang sanggup menghangatkan badan dan masker epilog lisan dan hidung.
Sedang kami tiba dengan apa adanya, hahay. Suami yang style-nya memang sedari pagi menggunakan jaket, masih juga mencicipi dinginnya sore yang berbalut gerimis di daerah Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu ini. Apalagi saya yang hanya bermodalkan gamis tanpa jaket. Brrr.
Lalu kami mencari sesuatu yang sanggup sedikit menghangatkan tubuh. Disini, terdapat banyak orang yang berjualan masakan dan minuman. Ada aneka gorengan, bakso, mie rebus, jagung bakar, dan lain-lain. Kami menentukan membeli beberapa gorengan untuk sekedar cemilan.
Tak usang kemudian, azan Ashar berkumandang. Di seberang parkiran mobil, bersahabat tempat memasuki daerah Tangkuban Perahu, juga terdapat sebuah masjid besar berwarna hijau.
Saat memasuki daerah masjid, kemudian membuka sepatu untuk mengambil air wudhu, kaki terasa menginjak lantai yang terbuat dari es. Dingiiin sekali.
Terlebih, ketika tangan menyentuh air yang mengalir dari keran di tempat wudhu. Ya ampun, dinginnyaaa.
Selesai sholat Ashar, kami melanjutkan berkeliling menikmati destinasi terakhir untuk hari ini.
Gunung Tangkuban Perahu ini mempunyai beberapa kawah yang terbentuk jawaban acara meletusnya gunung Tangkuban Perahu. Di antaranya, ada tiga kawah yang paling populer yaitu Kawah Ratu, Kawah Upas dan Kawah Domas. Di sepanjang pinggiran kawah, dibatasi dengan pagar sehingga kondusif bagi kita sebagai pengunjung.
Kami berjalan-jalan sambil berfoto dari aneka macam sudut. Tetapi kami tidak berjalan menuruni anak tangga, alasannya yaitu rasanya waktu yang kami punya, tidak cukup untuk mengitari area kawah lainnya.
Kami berfoto dengan background goresan pena Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu. Di belakang goresan pena tersebut, dari pinggir pagar kayu, kita sanggup menikmati pemandangan Kawah Ratu.
Lalu kami berjalan ke sisi kanan, menaiki pondokan, berfoto dari tempat yang lebih tinggi. Juga mengabadikan momen foto berlatarbelakang masjid yang berselimut kabut. Sungguh menawan.
Turun dari pondokan, kami menelusuri jalan bab kanan bila menghadap kawah. Kita dimanjakan dengan pepohonan yang menghijau.
Tak berani jalan lebih jauh, kami memutar arah kembali ke bab tengah kemudian mencoba menelusuri ke bab kiri. Kami lihat Kang sopir yang balasannya juga keluar dari kendaraan beroda empat dan menikmati aroma Tangkuban Perahu, meskipun kedinginan.
Di sisi kiri, ya bila posisi kita menghadap ke kawah ya, kami berjalan menapaki tangga bebatuan. Seruuu. Di kejauhan tampak rombongan menaiki Gunung.
Seperti biasa, setiap mengabadikan foto berdua dari ujung kaki hingga ke ujung kepala, kami mencari posisi yang pas kemudian meletakkan handphone di tempat yang juga pas dan aman. Timer pun diaktifkan, 5, 4, 3, 2, 1. Cekrek. Hahaha.
Tak ketinggalan, berfoto bersama patung harimau pun kami sempatkan.
Selain itu, ada pemandangan yang sangat indah di sisi lain area TWA Gunung Tangkuban Perahu ini. Bukan kawah, tetapi barisan dataran tinggi yang menghijau yang tak tertutup kabut. Matahari senja mulai menyinari mengatakan pesonanya.
Kemudian terdengar bunyi pengumuman, peringatan bahwa tempat wisata akan ditutup tepat pukul lima sore nanti. Oleh alasannya yaitu itu, pengunjung diperlukan bersiap meninggalkan tempat.
Sebelum pulang, suami pergi ke toilet dan saya menunggu sambil duduk di bersahabat para penjual jajanan. Mereka sedang bersiap merapikan dagangannya untuk dibawa pulang.
Aku dan suami menyempatkan juga untuk jajan tiga buah jagung bakar, yang satu untuk Kang sopir, tidak mengecewakan untuk menghangatkan tubuh, disantap di perjalanan pulang.
Sambil menunggu proses jagung bakarnya matang, suamiku ngobrol sedikit-sedikit dengan bahasa Sunda campur-campur bahasa Indonesia kepada Bapak Ibu penjual jagung bakar tersebut. Perjuangannya melawan suhu cuek berjam-jam disini, hihi.
Setelah membayar jagung bakar, kami segera menuju mobil, bunyi peringatan untuk menutup tempat wisata kembali terdengar.
"Untung pas ya waktunya tiba disini, saya juga gres tahu Mas, Mbak jikalau tutupnya jam lima." Kata Kang sopir.
"Iya kang alhamdulillah, ini jagung untuk Akang." Jawab suami.
"Ooo, iya makasih. Kita pulang ya sekarang." Jawabnya sambil mengerahkan kemudi keluar dari area parkiran. Di perjalanan menuju gerbang, terlihat ada Bapak-Bapak penyedia jasa kuda sedang berjalan kaki, yang juga membawa kudanya pulang.
Aku bergumam dalam hati, kenapa Bapakny jalan kaki ya, kan tidak mengecewakan jauh menuju gerbang masuk, hmm mungkin kudanya lelah. Hhh.
Keseruan di Gunung Tangkuban Perahu ini tidak akan terlupakan.
Mobil terus melaju menuju salah satu hotel di Lembang, yang sudah kami booking sebelumnya. Kata Kang sopir, nama hotelnya tidak familiar.
Di perjalanan menuju ke Tangkuban Perahu tadi, saya tak sengaja sudah melihat hotel kami. Jadi, ketika pulang saya sanggup memperlihatkan lokasi hotelnya. Sembari Kang sopir terus mengemudi dibantu kode Google Map-nya.
Sebetulnya kami juga tidak tahu dengan hotel ini, ya begitulah, kami booking dengan bekal review di alamat web travel online. Haha.
Waktu hampir memperlihatkan pukul enam. Tiba saatnya kami berpisah dengan Kang sopir.
"Makasih ya Kang untuk hari ini, besok kami hubungi lagi ya sekiranya besok kami gak dapet transport buat ke Bandung. Besok kami coba cari taksi online dulu, Kang. Mudah-mudahan ketemu sinyal hehehe." Pinta suami.
0 komentar:
Posting Komentar