Padahal semenjak kala ke-10, jauh sebelum Barat mengenal toilet menyerupai yang kita kenal sekarang, apa yang ditemukan dalam kamar mandi dan praktik kebersihan di hampir semua wilayah kekuasaan kaum Muslim dapat bersaing dengan apa yang dikembangkan ketika ini. Pada kala ke-13, ilmuwan Muslim al-Jazari, menulis sebuah buku yang menjelaskan perangkat mekanis, termasuk alat untuk berwudhu. Alat ini bersifat mobile, dan bahkan biasa dilakukan untuk melayani para tetamu.
Air memang menjadi pembersih utama dalam tradisi Islam. Air mensucikan. Toilet-toilet pada masa kejayaan Islam di Abad Pertengahan ialah model toilet 'basah' menyerupai yang kita kenal ketika ini.
Sabun, bab yang tak terpisahkan dari sanitasi, juga ditemukan pada masa keja yaan Islam. Masyarakat di bawah kekua saan Usmaniyah biasa menciptakan sabun sen diri, dengan mencampur minyak (biasanya minyak zaitun) dengan al-qali, yaitu sejenis garam. Keduanya direbus untuk mencapai adonan yang tepat, dibiarkan mengeras, dan jadilah sabun batangan. Sabun ini dipakai di hammam, rumah pemandian umum.
Al-Kindi juga menulis sebuah buku perihal parfum yang disebut Book of the Chemistry of Perfume and Distillations. Dia dikenal sebagai filsuf, tapi juga seorang apoteker, opthalmologist, fisikawan, mate matikawan, mahir geografi, astronom, dan mahir kimia.
Di daerah-daerah yang dikuasai, tradisi Islam turut disebarkan, termasuk pentingnya menjaga kebersihan. Sejarah mencatat, ketika mereka menguasai Konstan tino pel, salah satu yang dibenahi ialah urusan buang hajat ini. Mereka membangun 1.400 toilet umum, ketika tak satupun WC ditemukan di seantero Eropa.
0 komentar:
Posting Komentar